Selasa, 29 Desember 2015

BAHAYA MEROKOK PADA ANAK

BAHAYA MEROKOK PADA ANAK

v PENGERTIAN MEROKOK

Menurut Wikipedia, Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya  kanker paru-paru  atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Merokok itu sangat berbahaya untuk diri kita maupun diri orang lain disekitar kita. Karena, dalam rokok banyak mengandung Nikotin yang dapat merusak organ tubuh manusia, di antaranya yaitu Kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Perilaku merokok di kalangan anak-anak sudah banyak terjadi dan tidak asing lagi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi anak-anak terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat.
Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri, juga disebabkan olah faktor lingkungan.

Adapun faktor dari individu yaitu :
1. Faktor Biologis
Nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
2. Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
3. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.

Sedangkan Faktor lingkungan yaitu :

1. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok.
2. Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.
3. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

v DAMPAK PERILAKU MEROKOK
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Pada 1998) melakukan penelitian tentang tembakau dan rokok melontarkan 6 hal:
1. Rokok adalah pintu pertama kematian
2. Rokok merupakan pembunuh nomor 3 setelah jantung dan kanker
3. 1 batang rokok menyebabkan umur seseorang memendek 12 menit
4. Didunia 10 orang perhari mati karena rokok
5. Di Indonesia 57.000 orang mati karena merokok
6. Menurut para ahli seorang perokok atau yang menghisap asap rokok secara sengaja atau tidak sengaja akan mudah terserang penyakit, terutama pernafasan, jantung, paru-paru, kanker, pembuluh darah, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.

Dampak Rokok Bagi diri sendiri
1.      Merokok lebih banyak mendatangkan kerugian dibandingkan keuntungan bagi tubuh.
2.      Menimbulkan sugesti kepada diri kita, bahwa jika kita tidak merokok mulut tidak enak dan asam.
3.      Rasa ingin tahu, semangat untuk belajar, dan berbagai hal positif yang ada pada diri kita hilang ketika kita menjadi seorang perokok.
Selain diri sendiri yang terkena dampaknya, ternyata orang lainpun yang berada di sekitar kita akan terkena juga, antara lain :
1.      Ketika kita sedang merokok, asap rokok kita adapat mengganggu orang lain dan juga menyebabkan polusi udara.
2.      Menyebabkan seseorang yang dekat dengan kita menjadi perokok pasif.
3.      Jika membuang puntung rokok sembarangan tanpa mematikan terlebih dahulu dapat menyebabkan kebakaran.
4.      Menyebabakan menipisnya lapisan ozon.

ALASAN ROKOK TIDAK BOLEH DI KONSUMSI PADA ANAK DAN REMAJA
Para remaja tidak di perbolehkan mengonsumsi rokok dikarenakan asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia, yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainya menyebabkan kanker bagi tubuh ( ada pada  bahan-bahan yang terkandung di dalam rokok ). Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan lima puluh kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan.
Ciri-ciri seorang perokok:
1.      Bibir dan gusih menjdi hitam
2.      Kulit jadi hitam
3.      Mata merah
4.      Pipih perokok terlihat kempok
5.      Mudah terserang penyakit batuk
6.      Nafas bau
7.      Perokok terlihat tenang dengan asiknya mengisap rokok
8.      Gigi menjadi kuning karena noda dari nikotin
9.       Infeksi pada tenggorokan
10.  Gangguan kehamilan dan janin.


v CARA MENCEGAH DAN MENINGGALKAN KETERGANTUNGAN TERHADAP ANAK

Ø Cara mencegah menggunakan rokok:

a.       Tidak terpengaruh oleh ajakan teman.
b.      Menghindari pergaulan yang tidak baik.
c.       Selalu menuruti nasihat orang tua.
d.      Mengetahui bahaya merokok.
e.       Selalu melakukan kegiatan yang positif.

Ø Cara meninggalkan ketergantungan terhadap rokok:

1.      Mengurangi jumlah rokok yang dihisap tiap harinya, misal menghisap rokok 1 bungkus per hari  dikurangi menjadi 2 batang per hari.
2.      Membeli rokok yang kadar tar dan nikotinnya rendah.
3.      Konsultasi ke dokter tentang cara meninggalkan kebisasaan merokok.
4.       Mengganti kebiasaan merokok dengan kebiasaan lain,misal mengulum permen karet.
5.      Merasakan akibat dari merokok itu sendiri sehingga kapok lagi untuk merokok.
6.      Mengunjungi situs internet www.stopmerokok.com
7.      Melihat akibat dari merokok terhadap lingkungan sekitar kita.
8.      Merenungkan banyaknya uang yang kita keluarkan hanya untuk membeli rokok.
9.      Setelah berhasil meninggalkan rokok jangan coba-coba lagi merokok.


Jadi, alasan remaja mulai merokok itu biasanya karena rasa ingin coba-coba, ikut-ikutan, ingin tahu enaknya rokok, sekedar ingin merasakan, agar terlihat maco, meniru orang tua, iseng, menghilangkan ketegangan, kebiasaan saja untuk pergaula, mencari ispirasi. Dan alasan lainya adalah sebagai penghilang stress, penghilang jenuh, sukar melepaskan diri, pengaruh lingkungan, iseng anti mulut asam, pencuci mulut, kenikmatan Kebanyakan pelajar mulai merokok juga di sebabkan oleh dorongan lingkungan. Contohnya pelajar tersebut mulai merokok karena malu kepada teman-temanya yang merokok,  sehingga  ia pun mulai merokok dan akhirnya kebiasaan atau kecanduan dengan rokok. Padahal rokok adalah awal terjerumusnya seseorang ke pada obat-obatan terlarang.

Oleh karena itu Pencegahan harus lebih diutamakan dari pada pengobatan. Jangan sekali kali mencoba untuk merokok karena hamper dari semua yang terjerumus berawal dari coba coba. Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan. Agar anak anak terhindar dari mengkonsumsi-mengkonsumsi rokok sebaiknya jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik Selain itu sikap orang tua juga menjadi pemicu pembentukan karakter seorang anak, jadi untuk orang tua sebaiknya lebih hati-hati dalam bersikap di depan anaknya. Juga berikan pendidikan untuk si anak mana yang tidak boleh di lakukan dan yang boleh di lakukan, dan mana tindakan yang jahat dan tindakan baik. Hal tersebut agar anak mendapatkan karakter yang baik agar di masa depannya kelak tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak baik tersebut.



Minggu, 27 Desember 2015

MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA



MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA

Ø PENGERTIAN KEMISKINAN

Menurut Soerjono Soekanto, Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana mereka ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern
            Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per Maret 2013 mencapai 28,07 juta atau 11,37 persen dari total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami penurunan 0,52 juta dibandingkan dengan penduduk miskin per September 2012 sebesar 28,59 juta (11,66) persen. Secara keseluruhan garis kemiskinan meningkat dari Rp 259.520 per kapita per bulan pada September 2012 menjadi Rp 271.626 per kapita per bulan pada Maret 2013. Selama periode September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta pada September 2012 menjadi 10,33 juta pada Maret 2013). 
Bentuk kemiskinan di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh orang tua saja, bahkan anak-anak yang masih dibawah umur pun yang seharusnya mereka belum harus memikirkan masalah perekonomian di suatu bangsa justru mau tidak mau harus turut ikut campur dalam hal tersebut. Salah satu contohnya yaitu banyak anak kecil yang masih dibawah umur harus mencari nafkah dijalanan dengan cara mengamen atau meminta-minta dan lain sebagainya untuk bisa menambahi kebutuhan keluarga mereka, sehingga karena terlalu seringnya mereka melakukan hal tersebut dijalanan mereka sampai-sampai harus rela kehilangan masa depannya dengan cara berhenti bersekolah karena keadaan perekonomian yang begitu sulit dihadapinya.

Setiap kemiskinan yang terjadi pasti disebabkan oleh beberapa faktor-faktor tertentu, dan berikut ini adalah faktor penyebab kemiskinan, yaitu :
1.   Tingkat pendidikan yang rendah.
2.   Produktivitas tenaga kerja rendah.
3.   Tingkat upah yang rencah.
4.   Distribusi pendapatan yang timpang.
5.   Kesempatan kerja yang kurang.
6.   Kualitas sumberdaya alam masih rendah.
7.   Penggunaan teknologi masih kurang.
8.   Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah.
9.   Kultur/budaya (tradisi).
10.  Politik yang belum stabil


Ø Dampak Kemiskinan
a.       Pengangguran
Misalnya harga beras yang semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk membeli beras, maka mereka makan seadanya. Seorang pengangguran yang tak dapat memberikan makan kepada anaknya akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu yang lama.
b.      Kriminalitas
Misalnya perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan.
c.       Putus Sekolah
Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tidak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
d.      Kesehatan
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar di kalangan masyarakat miskin di indonesia.
e.       Generasi Muda/Penerus
Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka.

Ø Cara Mengatasi Tingginya Angka Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks di negara Indonesia, untuk itu ada beberapa solusi untuk mengatasi tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, diantaranya:

1.      Menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan
2.      Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
3.      Memberikan pelatihan wirausaha bagi masyarakat
4.      Pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) pada masyarakat miskin
5.      Penghapusan Larangan Impor Beras. 
6.      Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok
7.      Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin
8.      Membangun Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
9.      Menyediakan fasilitas pendidikan yang murah bagi orang yang tidak mampu bahkan jika perlu mengadakan program pembebasan biaya sekolah alias gratis.
10.  Menanamkan cara berfikir positif dan  mau selalu bekerja keras dan pantang menyerah jika mengalami suatu kegagalan.

Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
 Pemerintah harus menangani dengan serius permasalahan kemiskinan di Indonesia, karena pemerintah merupakan aspek yang penting dalam pengentasan masalah kemiskinan. Pemerintah sebaiknya membuat kebijakan yang pro rakyat miskin, seperti pemberian subsidi atau bantuan kepada masyarakat supaya masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya
Pihak swasta juga sebaiknya menciptakan usaha yang dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran di Indonesia menjadi berkurang. Apabila pengangguran berkurang, tentunya tingkat kemiskinan juga semakin menurun. Selain itu, pihak perusahaan sebaiknya memberikan upah atau penghasilan yang layak bagi pekerja-pekerjanya.
Masyarakat juga harus bekerja dengan semaksimal mungkin dan jangan bermalas-malasan untuk memperoleh penghasilan supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat jangan hanya menunggu bantuan dari pemerintah tetapi harus bergerak sendiri memberantas kemiskinan.