Televisi merupakan media massa elektronik yang mampu
meyebarkan berita secara cepat. Televisi merupakan media elektronik yang sangat
digemari oleh sebagian besar orang di Indonesia. Dengan berbagai acara yang
ditayangkannya mampu menarik minat masyarakat,
dan membuat masyarakat ‘ketagihan’ untuk
selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Mulai dari anak-anak, remaja,
orang tua dan berbagai kalangan lainnya.. Mungkin pada zaman dahulu televisi
hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja karena harganya yang mahal. Namun,
di era ini televisi merupakan benda yang sudah sangat umum dimiliki oleh setiap
keluarga.
Dwyer menyimpulkan, sebagai media
audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan – pesan atau
informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk
membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar
dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan
ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65%
setelah 3 hari kemudian.
Dengan berbagai acara yang ditayangkan
mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron
dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para anak-anak,
remaja dan orang tua untuk terus menyaksikannya. Tidak jarang sekarang banyak
anak-anak lebih suka berlama-lama didepan televisi dari pada belajar, bahkan
hampir-hampir lupa akan waktu makan. Ini merupakan suatu permasalahan yang
terjadi dilingkungan kita sekarang ini, dan perlu perhatian khusus bagi setiap
orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anak anak mereka
Dengan televisi banyak sekali manfaat
yang bisa kita ambil. Dimana kita akan dengan cepat memperoleh informasi-informasi
terbaru yang terjadi dimana pun dan belahan dunia manapun. Dengan adanya
televisi akan mempermudah suatu perusahaan atau badan usaha untuk mempromosikan
produk-produknya, sehingga konsumen mengetahui dan dapat dengan mudah mencari
produk tersebut.
Tetapi kenyataannya sekarang acara-acara
televisi kebanyakan hanya menayangkan acara-acara sinetron dan infotainment
saja, sedangkan acara-acara yang mengarah kepada pendidikan sangat kecil . Oleh
sebab itu, sudah seharusnya setiap orang tua mengawasi acara televisi yang
menjadi tontonan anaknya dan sehingga dapat melakukan proteksi tehadap
dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh acara televisi tesebut.
Dampak
Televisi Terhadap Anak
Data
mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia :
tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak
30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya
kurang dari 1.000jam/tahun. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena
banyak mengandung adegan kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu
padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam. 40 % waktu tayang
diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas rata-rata dunia 561
iklan/minggu.
Berdasarkan perjabaran diatas, bisa
dibayangkan apabila anak-anak yang merupak aset-aset bangsa yang akan
meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan bangsa ini, sejak
kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara ini yang
sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal dan
akhirnya akan menjadi negara yang akan di lecehkan oleh negara lain. Inilah
fakta yang bukan hanya untuk kita perhatikan tetapi perlu dilakukan tindakan
nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya diperlukan satu-kesatuan tekat
dalam setiap diri orang tua dan anggota masyarakat untuk bisa mengatisipasi
dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televisi
terhadap acara-acara yang ditayangkan oleh setiap stasiun televisi.
Dampak positif dari menonton televisi
antara lain:
1. Televisi mampu membantu anak-anak yang berusia
batita untukmempermudah dalam membaca. Karena, tayangan dalam televisi hanya menampilkan
satu stimulasi (suatu rancangan,
kecenderungan, atau dorongan) yang sangat baik bagi perkembangan anak-anak.
2. Dapat
mengetahui berita atau info terkini mengenai perkembangan dunia. Baik yang
terjadi di luar negeri ataupun dalam negeri.
3. TV dapat dijadikan sebagai motifator, apabila
yang ditayangkan didalamnya seputar orang-orang sukses atau orang yang berhasil
karena prestasinya. Sehingga anak dapat mencontoh kesuksesan mereka.
Sedangkan dampak negatif dari menonton
televisi berlebihan yaitu:
1. Anak
0–4 tahun, menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara,
kemampuan herbal membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan
pikiran melalui tulisan.
2. Anak
5-10 tahun, meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu
membedakan antara realitas dan khayalan
3. Berprilaku
konsumtif karena rayuan iklan
4. Mengurangi
kreatifitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis
dan semdiri
5. Televisi
menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan
lain
6. Meningkatkan
kemungkinan obesitas (kegemukan) kaena kurang berkreativitas dan berolahraga
7. Merenggangkan
hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan
anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cendrung berdiam diri
karena asik dengan jalan pikiran masing-masing
8. Matang
secara seksual lebih cepat asupan gizi yang bagus adegan seks yang sering
dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditamah rasa ingin
tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semain menjerumskan
anak.
Mungkin kita beranggapan dampak televisi
tidak begitu teralu besar bagi anak-anak, malahan orang tua hanya melarang
anak-anaknya untuk tidak menonton film yang berbau pornoaksi, dan membiarkan
mereka menonton film yang biasa-biasa saja atau memang film anak-anak, namun
sebenarnya film anak-anak yang di tonton oleh anak-anak pun tidak menutup kemungkinan
bisa berdampak negatif bagi anak itu sendiri. Sekarang seteleh mengetahui
begitu besar dampak televisi bagi anak sudah sepatutunya setiap orang tua
membatasi waktu menonton dan mengawasi serta menseleksi acara-acara apa saja
yang pantas dan tidak pantas untuk di tonton oleh anak-anak.
Peranan
Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
Setiap orang tua memiliki tanggungjawab
untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oleh sebab
itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua
mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang
bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak
negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk
mengantisipasinya.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh
setiap orang tua, yaitu:
1. Pilih
acara yang sesuai dengan usia anak
2. Jangan
biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada
acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan
anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan
usia mereka).
3. Dampingi
anak saat memonton TV, Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton
selalu terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih
layak atau tidak untuk di tonton.
4. Letakan
TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak. Dengan meyimpan TV
diruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan
anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan,
karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
5. Tanyakan
acara favorit mereka dan buntu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk
mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara
tersebut secara bijaksana dan positif
6. Ajak
anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, agar bisa bersosialisasi
secara positif dengan orang lain.
7. Perbanyak
mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti
menonton TV
Dari kejadian tersebut sebenernya saya
sangat sedih dan prihatin, setiap orangtua seharusnya bisa mengontrol tontonan
anaknya. Pemerintah harus melakukan
penyaringan terhadap setiap acara televisi, serta harus adanya standarisasi
film yang layak untuk di tayangkan atau tidak layak. Pihak penyiar televisi juga
seharusnya tidak hanya mementingkan keuntungan tetapi harus mempertimbangkan
dampak dari acara tersebut. Pihak penyiar juga harus mengatur acara televisi
agar fungsi dari televisi sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan
sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai,baik yang lama maupun yang baru.
Referensi: