1. Industrialisasi
Kata
industrialisasi berasal dari kata dasar industri yang memiliki arti secara umum
adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan
metode yang sama dalam menghasilkan laba. Misalnya “industri musik“,
“industri mobil“,
atau “industri ternak” (id.wikipedia.org,
2010).
Menurut
Dumairy, istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri adalah himpunan perusahaan-perusahaan
sejenis. Dalam konteks ini disebut industri kosmetik misalnya, berarti himpunan
perusahaan penghasil produk kosmetik. Industri tekstil adalah himpunan
pengusaha yang membuat tekstil. Kedua,
industri menunjuk sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif
mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Kegiatan
pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal atau bahkan manual.
(Dumairy, 1996, h-227).
Industrialisasi
adalah suatu proses menciptakan interaksi para pihak yang memiliki kepentingan
ekonomis yang sama terhadap suatu siklus rantai nilai (id.answers.yahoo.com, 2009). Proses ini dapat
terjadi secara alamiah maupun disengaja. Secara alamiah, pemicu proses
industrialisasi adalah pasar.
Proses
industrialisasi, dengan meminjam istilah dari Dawam Rahardjo-adalah suatu
keniscayaan (Dawam Rahardjo, 1995), karena proses ini dianggap sebagai sebuah
kunci ke arah kemakmuran yang didambakan oleh setiap bangsa. Kendatipun bukan
satu-satunya, industrialisasi dapat dianggap sebagai salah satu jalan yang
penting dalam mencapai kemakmuran.
Tujuan
industrialisasi antara lain: memperluas lapangan kerja, menambah devisa negara,
memanfaatkan potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusia dan terutama
menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa menjadi lebih cepat.
Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam
proses industrialisasi antar negara) :
1. Kemampuan teknologi
dan inovasi
2. Laju pertumbuhan
pendapatan nasional per kapita
3. Kondisi dan struktur
awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
4. Besar pangsa pasar DN
yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan
200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
5. Ciri industrialisasi
yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
6. Keberadaan SDA.
Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
7. Kebijakan/strategi
pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi
ekspor.
Latar belakang lahirnya industrialisasi adalah adanya
revolusi Industri.Dimulai dari sejarah revolusi industri, Revolusi Industri
adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan
awal abad ke-19 di Inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu
bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi
tekstil). Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade
pertama dari abad ke-19 membuat produk mesin produksi untuk digunakan di
industri lainnya. yang terjadi dengan penggantian ekonomi yang berdasarkan
pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.
Kapan revolusi ini dimulai tidak jelas tetapi T.S. Ashton
menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi
IndustriII pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi
mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di
akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit
tenaga listrik.
Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat dan Amerika
Utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia. Efek dari perubahan ini di
masyarakatNeolitikum ketika pertanian mulai dilakukan dan membentuk peradaban,
menggantikan kehidupan nomadik. sangat besar dan seringkali dibandingkan dengan
revolusi kebudayaan pada masa itu.
Istilah “Revolusi Industri” diperkenalkan oleh Friedrich
Engels dan Louis-Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19.
- Permasalahan Tantangan Perkembangan Sektor Industri
Beberapa permasalahan antangan perkembangan sektorindustri diantranya ialah sebagai berikut:
1. Meningkatnya daya
saing dan keunggulan kompetitif industri nasional yang mengandalkan pada
keterampilan dan kreativitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan
kemampuan manajemen dengan tetap memanfaatkan keungulan komparatif yang
dimiliki.
2. Peningkatan kemampuan
tenaga kerja industrial yang ahli dan trampil dalam jumlah dan mutu yang sesuai
dengan kebutuhan berbagai jenis industri termasuk mendorong untuk menguasai dan
melaksanakan pengalihan berbagai jenis teknologi guna mendukung proses
industrialisasi
3. Menumbuhkan motivasi
dan daya kreasi inovatif yang luas serta menciptakan iklim usaha dan persaingan
yang sehat termasuk perlindungan hasil inovasi.
4. Menggerakkan tabungan
masyarakat dan menyalurkannya ke arah investasi yang produktif di sektor
industri, dan secara efektif mampu memberikan dampak ganda terhadap proses
akumulasi modal.
5. Mengembangkan iklim
investasi dan berbagai sistem insentif yang dapat lebih meningkatkan daya tarik
investasi di sektor indsutri
6. Perluasan basis
pendukung industri dengan mengembangkan keterkaitan, persebaran, struktur
produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat terciptanya struktur industri yang
kukuh.
7. Membangun perangkat
kelembagaan yang mantap sehingga sector industri senantiasa mampu tanggap dan
terandalkan dalam menghadapi berbagai perkembangan ataupun perubahan yang
timbul.
8. Mengembangkan dan
mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah secara lebih terarah,
terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang punggung struktur industri
nasional.
9. Meningkatkan kemampuan
industri kecil dan menengah yang telah mulai berkembang untuk memanfaatkan
relokasi industri yang berasal dari negara maju ke Indonesia, khususnya
industri skala menengah.
10. Menentukan pilihan
kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang tepat.
Dalam melaksanakan industrialisasi, ada dua pilihan
strategi yaitu : strategi substitusi impor dan strategi promosi ekspor.
Strategi pertama sering juga disebut dengan inward-looking, sedangkan strategi kedua outward-looking. Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi kepada pasar domestik. SI adalah industri domestik yang membuat barang-barang menggantikan impor, sedangkan strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negeri
Strategi pertama sering juga disebut dengan inward-looking, sedangkan strategi kedua outward-looking. Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan industri yang berorientasi kepada pasar domestik. SI adalah industri domestik yang membuat barang-barang menggantikan impor, sedangkan strategi PE lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negeri
2. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan (id.wikipedia.org, 2010).Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (id.answers.yahoo.com, 2009). Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold).
Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan Di
Indonesia
Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat, keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah 7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. Namun perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri.
Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan kualitas lingkungan.
Bila ditinjau lebih mendalam, terlihat ada hubungan yang saling mempengaruhi antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam. Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan sumberdaya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup. Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi . Hubungan ini terlihat pada diagram berikut.
Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk sehingga membentuk hubungan sesuai diagram berikut.
Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat, keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah 7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. Namun perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri.
Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan kualitas lingkungan.
Bila ditinjau lebih mendalam, terlihat ada hubungan yang saling mempengaruhi antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam. Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan sumberdaya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup. Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi . Hubungan ini terlihat pada diagram berikut.
Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk sehingga membentuk hubungan sesuai diagram berikut.
DAFTAR PUSTAKA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar